0

Konser Puisi di Fakultas Adab

Thursday, 12 December 2013

Konser Puisi di Fakultas Adab
Setiap Kamis pagi, sekitaran pukul 09.00 dan pukul 10.00, di taman Fakultas ada sebuah pertunjukan menarik yang menyedihkan, yaitu pertunjukkan pembacaan puisi. Pembacaan puisi mingguan itu rutin dilakukan semenjak beberapa bulan terakhir. Mereka membacakan puisi beberapa penyair terkenal di Indonesia, diantaranya Sapardi, Chairil Anwar, Gus Mus, Rendra, dan semacamnya. Hal itu sungguh menarik, mengingat Fakultas Adab secara harfiah berarti Fakultas sastra, dimana pusat kesastraan UIN Sunan Kalijaga adalah Fakultas Adab. Namun, ada beberapa hal yang menyedihkan dan bahkan sampai pada kata memprihatinkan. Penyebabnya adalah kurangnya minat dan apresiasi warga Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, yang ermasuk warga disini adalah para Mahasiswa, Ormawa, dan para dosen.
Dalam hal ini, seharusnya yang sangat berperan adalah Organisasi Mahasiswa (Ormawa). Hal itu dikarenan jajaran Ormawalah yang seharusnya menampung segala keinginan mahasiswa. Konser puisi tersebut jika dilihat secara sekilas memang terkesan biasa-biasa saja, tidak ada yang wah. Penyebab utamanya adalah Ormawa tidak mewadahi mereka.
Kesan selanjutnya yang muncul adalah ‘guyonan’. Mereka membaca puisi dengan seadanya, tidak perduli dengan makna puisi dan mengesampingkan nilai estetis puisi. Ini yang paling menyedihkan. Misalnya saja membacakan sajak “Hai Ma,” karya Rendra, mereka membacakannya dengan tanpa mempertimbangkan makna puisi tersebut, sekedar baca, sedikit teriak, berjalan-jalan, dan ketika selesai, tepuk tangan pun menyambut turunnya sang pembaca, namun yangmemberi tepuk tangan itu dari mereka-mereka sendiri, seakan hadiah yang diberikan kepada pembaca karena telah maju, dan dikatakan sang pembaca telah mempunyai mental – mental orang gila atau mental penyair? – yang bagus. Sepintas memang mereka terlihat “sok penyair”, “sok sastrawan”
Yang menyedihkan berikutnya adalah kesan mengganggu. Secara langsung memang ini menyakitkan bagi pembaca puisi, namun memang sebagian dari mahasiswa atau dosen merasakan ini. Seolah konser puisi di taman fakultas adalah pengganti demo. Memang pada jam-jam seperti itu ada perkuliahan, dan suara konser puisi itu seolah suara para pendemo yang tidak penting dan mengganggu perkuliahan. Pertanyaan yang muncul dari sini adalah apakah benar ini fakultas sastra kalau orangnya tidak suka sastra? Ini belum menyangkut pelegalan mereka. Ketika mereka dikatakan komunitas yang illegal, maka boleh jadi jika mereka yang tidak suka akan memanggil satpam dan mengusir mereka.
Namun, akan berbeda jika Ormawa telah menfasilitasi mereka. Mungkin dari segi artistik akan diperindah, diberikan tempat khusus bagi mereka, diberi jam khusus bagi mereka, member latihan kepada mereka tentang pembacaan puisi, apalagi jika mereka mendapat restu dari dosen. Setidaknya cap “pengganggu” yang mereka dapat telah hilang.

0 Responses to "Konser Puisi di Fakultas Adab"