0

Berkarya dalam sastra, bersastra dalam karya

Thursday, 12 December 2013

PELATIHAN JURNALISTIK OLEH BEM-F ADAB
Pelatihan jurnalistik yang baru saja diselenggarakan di fakultas Adab dan Ilmu Budaya (FADIB), merupakan salah satu agenda dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-F) FADIB. Acara pelatihan ini diselenggarakan kemarin pada tanggal 19 oktober 2013 yang dibuka dengan sambutan bapak Patah selaku PD III FADIB. Selain membuka acara pelatihan tersebut beliau juga memberikan sedikit motifasi kepada para peserta untuk berkarya. Pelatihan jurnalistik yang bertempat di Gedung Teaterikal Adab ini mengusung tema “BERKARYA DALAM SASTRA dan BERSASTRA DALAM KARYA”, dengan tujuan mengembalikan FADIB pada khasanah kesusastraan.
Setelah mendengarkan sambutan dari PD III, para peserta yang dalam hal ini adalah mahasiswa Fakultas Adab menunggu seorang narasumber yang di minta panitia untuk sedikit berbagi pengalaman di bidang jurnalistik. Ada tiga narasumber pada acara ini, yaitu; Yasser Arafat (Peresensi Buku), Akhiriyani Sundari (Ketua Komunitas Matapena), dan Evi Idawati (Penyair). Narasumber pertama yaitu Yasser Arafat, beliau menjelaskan apa itu resensi buku. Menurut pandangan beliau meresensi buku itu sama halnya dengan membaca buku lalu menuliskannya menjadi sebuah lapuran yang enak dibaca. Beliau juga menjelaskan bahwa menulis resensi buku tidak jauh berbeda dengan bercerita atau kita menceritakan sebuah buku dengan cara kita sendiri, lalu dituliskan dengan bahasa cerita.
Adapun langkah-langkah yang yang beliau terangkan dalam meresensi buku yaitu: Pertama: membaca judul dan anak judul buku. kedua: membaca kata pengantar dan pendahuluan pada buku ang akan diresensi. ketiga: membaca bab atau sub-bab yang sekiranya menarik. Apabila dari ketiga cara diatas belum mendapatkan apa-apa maka yang: keempat: menyalin pikiran utama pada buku tersebut dengan bahasa sendiri. Dalam hal ini bahasa yang digunakana adalah bahasa santai yang sekiranya enak dibaca khalayak umum. Adapun hasil dari materi ini peserta diminta untuk membuat tulisan bebas, semua peserta sangat antusias untuk membuat tulisan bebas. Tepat pukul 11:30 semua peserta diistirahatkan karena memang waktu istirahat, dan tepat pukul 12:30, narasumber kedua, Akhiriyani Sundari. Beliau menjelaskan tentang bagaimana menulisesai. Pada materi ini peserta kurang antusias, karena suasana yang kurang mendukung. Banyak peserta yang dalam hal ini mulai mengantuk. Akan tetapi sama sekali pemateri tidak mengeluh untuk membagikan pengalamannya dalam dunia jurnalistik, sampai pada akhir materi beliau memerintahkan kepada peserta untuk membuat tulisan dalam bentuk esai.
Rehat kedua pun tiba, para peserta keluar ruangan dan kembali masuk pada pukul 13:30 guna melanjutkan pelatihan berikutnya. Evi Idawati dalam hal ini yang memberikan materi terakhir. Antusias para peserta kembali muncul, karena beliau menjelaskan tentang puisi. Beliau memulai materi dengan menjelaskan bagaimana menulis puisi yang baik, menghayati sebuah puisi, sampai pada tahapan yang paling susah dalam menulis puisi, yaitu mengenai bagaimana menulis puisi yang utuh, sederhana, dan memilikiruh. Setelah sekian banyak penjelasan, sesi Tanya jawab pun dimulai, salah satu peserta bertanya bagaimana untuk menuliskan apa yang kitalihat, kita dengar, kita fikirkan, dan kita rasakan dalam hati menjadi puisi yang baik, beliau menjawab semuanya itu harus dileburkan menjadi satu, lalu akan muncul gagasan ataupun ide baru untuk dijadikan puisi. Banyak sekali pertanyaan yang diajukan karena memang para peserta sangat antusias dalam mengikuti pelatihan yang di-narasumberi oleh beliau.
Setelah sesi Tanya jawab para peserta diminta untuk menulis puisi dengan judul “ibu”. Kemudian para peserta membacakannya satu persatu dan dibedah langsung oleh Evi. Saat koreksi puisi beliau juga menerangkan perlunya pemadatan kalimat maupun diksi dan metafor yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan makna yang dimaksud oleh penulis puisi itu, yang mana kesemua itu berpengaruh penting dalam menulis puisi, sehingga menjadi puisi yang utuh dan memiliki ruh. “Puisi adalah menghidupkan sesuatu yang mati, sehingga sesuatu itu memiliki makna karena puisi yang ditulis oleh seorang penyair”. Ujarnya.
Jika dilihat dari segi kualitas acara pelatihan jurnalistik tersebut sangatlah bagus, karena memiliki tujuan untuk mengembalikan khasanah sastra di FADIB Khususnya dan UIN Sunan Kalijaga umumnya. Akan tetapi, ada beberapa kekurangan pada acara tersebut,
Pertama, kurangnya peserta. Hal itu dikarenakan karena kurangnya sosialisasi dari panitia sehingga peserta yang ikut kurang maksimal. Kedua, banyak waktu kosong pada saat acara, sehingga setiap pergantian materi selalu molor. Terlepas dari kekurangan-kekurangan tersebut, Muhammad Syamwil (SI/3), berpendapat bahwa acara tersebut sangat bagus, karena mengenalkan dunia jurnalistik kepada mahasiswa, yang mana ini tidak ditemui dalam perkuliahan. Panitia pun menyadari kekurangan tersebut, namun acara tersebut tidak begitu saja berakhir. Panitia akan menindaklanjuti dengan cara membuat karya jurnalistik yang khusus untuk BEM-F FADIB. Acara berakhir tepat pukul 17:30 dan ditutup dengan bersalaman antara peserta dan panitia.

0 Responses to "Berkarya dalam sastra, bersastra dalam karya"