TADARUS
PUISI SEBAGAI IDENTITAS FAKULTAS?
“Kampus telah
diserbu mobil berlapis baja, kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini”. Suara
yang menderu ini terdengar dari gerbang masuk fakultas Adab (Gerbang
Budaya) dan menggema di setiap
hari
Kamis,yang dikumandangkan di taman Fakultas Adab
dan
Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Tadarus puisi ini memang telah
menjadi agenda rutin yang dilakoni oleh mahasiswa semenjak tahun 2011
silam, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa pelopornya adalah
mahasiswa anggota PMII yang mengatasnamakan diri sebagai korp Perisai
rayon Civil
Community
yang resmi menjadi mahasiswa aktif pada tahun 2011, dan agenda ini
pun secara tidak langsung disambut baik oleh seluruh civitas
akademika
fakultas.
Tadarus puisi ini
juga merupakan salah satu simbol bagi fakultas yang telah mempunyai
citra
di Universitas bahwa fakultas ini adalah “Lumbung” sastra dan
budaya, yang mana di dalam fakultas terdapat prodi-prodi yang sarat
dengan sastra dan kebudayaan, seperti Sastra Inggris, Bahasa dan
Sastra Arab, dan lainnya. Citra ini tidak serta-merta didapat oleh
Fakultas dengan tidak sengaja, namun didukung pula oleh Badan Otonom
Mahasiswa Fakultas (BOM-F) Adab dan ilmu Budaya yakni Sanggar Nuun
yang telah dikenal luas oleh universitas bahkan luar UIN Sunan
Kalijaga.
Dan
salah satu upaya mahasiswa untuk melestarikan budaya sastra di dalam
lingkup Fakultas adalah dengan mengadakan acara tadarus puisi ini.
Namun dalam
perkembangannya, suatu acara atau proses, pasti ada yang menilai pro
dan kontra. Itu pun dialami oleh acara tadarus puisi. Ada yang
mengamini secara langsung dan serta-merta mengambil posisi terdepan
dalam acara tersebut. Namun ada pula beberapa orang yang menganggap
bahwa acara tadarus puisi ini adalah sesuatu yang membuang-buang
waktu, dan mengganggu jalannya perkuliahan sehingga mahasiswa lain
yang sedang berada di ruang yang berdekatan dengan taman Budaya
merasa terganggu dalam menerima penjelasan dari Dosen.
Dalam wawancara
singkat kepada beberapa mahasiswa, Tim Literasia mengambil kesimpulan
bahwa Tadarus puisi ini sangat diapresiasi oleh mahasiswa sebagai
nilai tambah untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa untuk
mendalami karya sastra dan Puisi khususnya. Dan untuk ke depan, para
Narasumber menyarankan kepada penyelenggara dan peserta Tadarus puisi
ini untuk dapat lebih Aktif, Kreatif, dan Produktif dalam hal
pembuatan dan pembacaan puisi ini. Karena, berdasarkan observasi Tim
Literasia, Tadarus Puisi ini Lebih cenderung menyampaikan Puisi yang
sama dari waktu ke-waktu,
dan
Tema Tadarus Puisi pada setiap pertemuan belum ditemukan. Juga seruan
tadarus puisi ini seyogyanya di serukan kepada seluruh Civitas
Akademika,
“Agar
tidak mencitrakan bahwa Tadarus puisi ini adalah hak
milik suatu kelompok” ujar seorang narasumber dari Prodi Sastra
Inggris di sela perkuliahan.
Selanjutnya, untuk
sikap kontra yang dilontarkan oleh beberapa Civitas
akademika,
menurut Narasumber, ini adalah hal yang wajar, selagi ke-konta-an
atau kritik yang di lontarkan adalah membangun, kritik ini harus
ditampung untuk dijadikan suatu
cambuk
pacu agar tadarus
puisi ini dapat berjalan dengan baik dan menjadi sesuatu yang
dibanggakan untuk kedepannya.
0 Responses to "TADARUS PUISI SEBAGAI IDENTITAS FAKULTAS?"
Post a Comment